Retention Rate, menjadi indikasi dari pebisnis
untuk mengukur tingkat keberhasilan pengelolaan pelanggan. Yaitu jumlah
pelanggan yang bertahan (tetap menjadi pelanggan) dibandingkan dengan total
pelanggan sebelumnya. Contoh, tahun 2017 jumlah pelanggan aktif = 1,000, di
akhir tahun 2018 pelanggan aktif dari 1000 tersebut menjadi 600 orang, maka
retention rate adalah 60% (600 / 1,000). Angka yang cukup baik.
Saya pernah ceritakan ada salah satu klien
bercerita bahwa retention Rate (2018) sebesar 17%, wow... artinya dari 900,000
pelanggannya di tahun 2017, hanya tersisa 153,000 di tahun 2018.
Tentu saja, memiliki pelanggan loyal akan
sangat menguntungkan bagi bisnis karena mencari pelanggan baru tidaklah mudah
dan memerlukan biaya yang mahal, selain itu pelanggan loyal akan menjadi Duta
Penjualan gratis bagi bisnis. Sayangnya banyak tantangan yang harus diadapi
oleh pemasar untuk mempertahankan pelanggan. Di Era keterbukaan informasi ini,
pemasar tidak bisa tidak harus punya produk dan layanan tanpa cacat karena
calon pembeli dengan sangat mudah akan membandingkan dengan produk sejenis, dan
tidak ada yang bisa ditutup-tutupi. Selain itu kompetisi makin sengit, dan
semua kompetitor juga sangat mudah diakses infonya oleh calon pembeli termasuk
yang sudah menggunakan produk atau layanan kita.
Kali ini kita tidak akan membahas “bagaimana
mempertahankan pelanggan”, tapi kita akan membahas “apa alasan pelanggan
meninggalkan kita.
MENGAPA PELANGGAN PERGI?
Sebuah
data penelitian yang saya dapat dalam buku “Romancing the Customer” menampilkan
data bahwa “Pelanggan Pergi” disebabkan oleh faktor Buruknya layanan, sebesar
68%. Masuk akal, bahwa pelanggan ingin diperlakukan dengan baik, dilayani
dengan baik, bahkan tidak cuup hanya dengan baik tapi harus luar biasa.
Bahasa gampangnya, 68% pelanggan pergi karena – dicueki. Tidak ada komunikas, tidak
ada perhatian yang diberikan (atau kurang), tidak ada program yang dibuat
sesuai dengan profil pelanggan, tidak ada benefits yang disusun secara khusus
sesuai dengan keinginan pelanggan. (Tidak
bisa diganti dengan kata Kurang)
Faktor lain, namun tidak dominan seperti:
Tidak puas dengan produk (14%), Pindah ke kompetitor (9%), cari alternatif
produk / layanan (5%), Pindah (3%), Meninggal (1%).
Bila diperhatikan data di atas, bahwa hanya
14% yang pindah karena tidak puas dengan produk, artinya bisa dibalik, kepuasan
bukanlah atas produk bukanlah jaminan untuk pelanggan loyal, hanya 14% yang
akan bertahan karena puas.
Setiap bisnis yang kehilangan pelanggan, tentu
saja berbeda-beda penyebabnya, namun hasil penelitian ini rasanya cukup
mewakili.
Saya pernah melakukan survey kepada pelanggan
“in-active” yaitu pelanggan yang tidak lagi menggunakan produk kami. Hasilnya
mereka tidak lagi menggunakan produk karena: Alasan harga 45%, Tidak yakin akan
manfaat 12%, Tidak tahu membeli di mana 38%, dan lainnya. Harga, manfaat dan kemana
membeli, semua bisa disolusi bila ada komunikasi antara perusahaan dengan
pelanggan. Bila ada yang bilang harga mahal, maka bisa dijelaskan bahwa Value
yang diterima sebanding bahkan lebih tinggi dari harga yang ditawarkan. Untuk
produk kemasan besar (misal produk vitamin atau suplement) harga akan terkesan
mahal karena dijual dalam paket 100 atau 300 butir. Padahal untuk konsumsi
sehari 1 butir, jatuhnya sangat murah, sayangnya pelanggan melihat HARGA
GLOBAL. Nah tentu saya hal ini dengan mudah bisa di-handle.
Bagaimana dengan bisnis Anda? Berapa besar Retetion
Rate-nya dan apa alasan mereka tidak lagi menggunakan produk atau layanan Anda?
Salam CRM ini Action
Joko Ristono
CRM Specialist
CRM TIPS #6 - BONDING LEVEL
CRM TIPS #5 - TIGA PILAR LOYALITAS
CRM TIPS #4 - POOR SERVICE
CRM TIPS #3 - PENTINGNYA DATABASE
CRM TIPS #2 - JAGALAH PELANGGAN ANDA AGAR TIDAK PERGI
CRM TIPS #1 - RELATIONSHIP UNTUK LOYALITAS
CRM TIPS #2 - JAGALAH PELANGGAN ANDA AGAR TIDAK PERGI
CRM TIPS #1 - RELATIONSHIP UNTUK LOYALITAS
CLICK HERE |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar